Rabu, 03 November 2010

TERJADIKAH REDENOMINASI?

TERJADIKAH REDENOMINASI?

Redenominasi rupiah yang direncanakan oleh Bank Indonesia di tahun 2013 ,memberikan sinyal awal dari gubernur BI yang baru ,bahwa independensi bank sentral itu masih ada .Tak mengherankan jika pernyataan gubernur BI terpilih Darmin nasution tentang hal ini mengagetkan menteri coordinator perekonomian Hatta Rajasa dan menteri keuangan Agus Martowajoyo,meskipun demikian kebijakan ini baru akan terjadi pada tahun 2013,tentu kebijakan BI ini akan meninggalkan bau politiknya ketimbang bau kebijakan moneternya.

Dalam kenyataannya ,redenominasi rupiah nanti akan tercampur aduk dengan kombinasi factor ekonomi dan politik, termasuk inflasi,pertimbangan kredibilitas pemerintah,dan dampak nilai tukar bagi identitas nasional.Layna mosley dari Departemen ilmu politik,University of North California .Dalam makalahnya yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan pada tahun 2005 dari American political science association Washington,DC, sebetulnya redenominasi tidak begitu dikenal di Indonesia yang lebih terkenal adalah sanering(geld sanering politiek) atau pemotongan nilai mata uang yaitu’Gunting syafrudin’ 19 maret 1950 dan 19 agustus 1959 .

Pada 13 desember 1965,Indonesia melakukan redenominasi yang lebih merupakan penghilangan angka nol yang terlalu banyak ,sehingga terlihat terlalu simple .Data dalam makalah mosley berbeda dengan yang dibuat tempo yang menyebutkan bahwa redenominasi pada tahun 1965 gagal karena inflasi tahun sebelumnya mencapai 635%.Mosley mengatakan bahwa Indonesia belum pernah melakukan redenominasi ,tetapi ia mencatat inflasi di Negara kita pada 1962(131%),1963(146%),1964(109%),1965(307%),1966(1.136%),1967(106%)1968(129%).

Menarik untuk meyimak hasil data dari makalah mosley ini ,inflasi merupakan alat prediksi dari redenominasi yang juga terkait dengan variable politik termasuk pemerintahan ,jangka waktu ,ideology partai yang memerintah keeratan hubungan antara pemerintah dan DPR,serta derajat keragaman social .




Secara teoritis konon redonominasi rupiah akan meningkatkan efisiensi system akuntansi ,pencatatan keuangan akuntansi ,secara psikologi rupiah akan lebih gagah ,dapat mengurangi repotnya membawa uang banyak,mengurangi pembulatan harga barang /jasa ke atas ,bisa menekan inflasi dan dapat menyesuaikan dengan rencana mata uang tunggal ASEAN .
Tetapi di luar klaim ini ,bagaimana kondisi politik domestic akan menjadi pertimbangan penting lainnya?

Dalam demokrasi ,kelak kalender pemilu akan menjadi penentu waktu redenominasi rupiah .Kalau pemerintah ingin memberi sinyal bagi para pemilih bahwa dalam periode pra pemilu sudah waktunya Negara untuk berubah ,maka redominasi rupiah akan dilakukan pada saat mendekati pemilu.Pada saat yang sama bisa saja redenominasi dapat saja dipersepsikan sebagai pengakuan adanya kegagalan dari pemerintah yang terdahulu ,karena telah membiarkan terjadinya inflasi yang menggila dan juga tidak mampu mempertahankan nilai tukar rupiah dan daya beli di pasar dunia.

Mungkin dengan pemerintahan ini redenominasi tidak terjadi di tahun 2013 ,namun bisa saja terjadi pada tahun 2014 di dalam pemerintahan berikutnya yang waktunya masih jauh dan dalam waktu menuju tahun 2014 pemerintah sekarang harusnya banyak melakukan persiapan untuk redenominasi rupiah agar nanti pada tahun 2014 jika terjadi redenominasi pemerintahan berikutnya mempunyai persiapan yang matang .

Perekonomian Indonesia mungkin akan terus membaik dan bertambah baik jika dilakukanya redenominasi walau menjalankan redenominasi bukanlah hal yang mudah.Karena banyak dampak positif yang didatangkan oleh redenominasi walaupun pasti akan muncul pula dampak buruknya tetapi kita harus banyak belajar sebelumnya dari negara negara yang telah melakukan redenominasi dan belajar dari para ahli bukannya hanya mementingkan kepentingan politik saja.Karena jika kita hanya memetingkan kepentingan sendiri saja dan membuat rakyat jauh dari kesejahteraan itu malah jauh dari landasan landasan dari negara ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar