PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)didirikan pada tahun 1946 oleh Pemerintah Republik Indonesia dan awalnya sempat berfungsi sebagai bank sentral di Indonesia, sebelum akhirnya beroperasi sebagai sebuah bank komersial sejak
tahun 1955.Pada tahun 1996, BNI melakukan Penawaran Umum Saham Perdana untuk 25% sahamnya, dan menjadi
bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) pertama yang mencatakan saham di Bursa Efek Jakarta(sekarang Bursa Efek Indonesia). Serangkaian aksi korporasi kemudian menyusul, termasuk proses rekapitalisasi oleh Pemerintah, divestasi saham
Pemerintah, dan penawaran umum saham terbatas. Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia memegang 60% saham BNI, sementara 40% saham selebihnya dimiliki oleh pemegang saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan
asing.Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total aset, total kredit maupun total dana
pihak ketiga. Kapabilitas BNI untuk menyediakan layanan jasa keuangan secara menyeluruh didukung
oleh perusahaan anak di bidang perbankan syariah (Bank BNI Syariah), pembiayaan (BNI Multi Finance),
pasar modal (BNI Securities), dan asuransi (BNI Life Insurance).Dengan total aset senilai Rp 299,1 triliun dan lebih
dari 23.639 karyawan pada akhir tahun 2011, BNI mengoperasikan jaringan pelayanan yang luas
mencakup 1.364 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 6.227 unit ATM milik sendiri, serta fasilitas Internet banking dan SMS banking yang memberikan kemudahan akses bagi nasabah.
Kinerja 2011
Realisasi pencapaian strategi pengembangan bisnis secara umum dinilai baik apabila dibandingkan dengan
pencapaian pada tahun 2010. Strategi yang diterapkan di bidang perkreditan telah mampu mendorong
pertumbuhan kredit sehingga pada akhir tahun 2011 penyaluran kredit mencapai Rp 163,5 triliun atau
tumbuh 19,9% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit tersebut juga disertai dengan membaiknya
kualitas aset, ditunjukkan dengan penurunan Non Performing Loan (NPL) gross yaitu dari 4,3% pada
Desember 2010 menjadi 3,6% pada Desember 2011. Dari sisi penghimpunan dana, strategi yang diterapkan
telah pula mampu meningkatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 19,0% dari posisi akhir
tahun sebelumnya sehingga pada akhir tahun 2011 realisasi DPK dapat mencapai Rp 231,3 triliun. Dari sisi efisiensi masih diperlukan upaya-upaya untuk menekan biaya, khususnya biaya operasional (opex)
yang disertai dengan kreativitas untuk menciptakan sumber-sumber pembiayaan yang berbiaya murah.
Walaupun rasio efisiensi yang tergambar dari Cost to Income Ratio (CIR) dan Biaya Operasi/Pendapatan
Operasional atau BOPO (masing-masing sebesar 49,8% dan 72,6%) lebih rendah dari tahun sebelumnya
(masing-masing sebesar 51,3% dan 76,0%), namun jika dibanding peers group, efisiensi operasional masih
perlu ditingkatkan agar bank dapat memiliki daya saing dalam industri.
Dari sisi profitabilitas, Earnings After Tax (EAT) dan Net Interest Margin (NIM) meningkat dibanding tahun lalu
dimana EAT tumbuh 41,6% dari tahun sebelumnya sedangkan NIM meningkat dari 5,8% menjadi 6.0%.
Demikian pula dengan Return On Assets (ROA) meningkat dari 2,5% pada tahun 2010 menjadi 2,9%
di tahun 2011, namun dari sisi rasio Return On Equity (ROE) terjadi penurunan yaitu dari 24,7% pada tahun
2010 menjadi 20,1% di tahun 2011. Penurunan ini terjadi akibat meningkatnya ekuitas BNI atas hasil rights
issue tahun 2010 lalu.Tingkat likuiditas yang diukur dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 70,4% berada
dalam kisaran yang ditetapkan Bank Indonesia dan meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 70,2%.Bank juga mampu mempertahankan kecukupan modal di atas batas minimal yang ditetapkan Bank Indonesia, dengan pencapaian Capital Adequacy Ratio (CAR) 17,6%. Dari sisi permodalan, bank telah melakukan pengelolaan permodalan dengan baik sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha bank.Dari sisi Profil Risiko, bank telah mengelola Risiko
Pasar dan Risiko Likuditas dengan baik, namun Direksi perlu memberi perhatian terhadap Risiko Kredit berkenaan dengan adanya kecenderungan penurunan kualitas aset pada segmen Menengah dan Kecil. Demikian pula dengan Risiko Operasional
yang menunjukkan peningkatan karena adanya perubahan organisasi (sebagai pelaksanaan Program
BNI Reformasi 1.0), beberapa kelemahan di bidang SDM, dan sempat terjadi gangguan pada sistem corebanking yang menyebabkan terganggunya pelayanan operasional bank. Dalam upaya memperbaiki penilaian profil risiko,
Dewan Komisaris menyarankan agar Direksi menelaah kembali bobot dan klasifikasi penilaian profil risiko agar
dapat merefleksikan risiko yang dihadapi bank serta realisasi tingkat pengendalian risiko.
Tinjauan Keuangan
Rasio Kecukupan Cadangan Kerugian terhadap Non Performing Loan Manajemen BNI terus mempertahankan kebijakan
Rasio Kecukupan Cadangan Kerugian terhadap Non Performing Loan pada kisaran di atas 120%.Hal tersebut ditunjukkan dengan Rasio Kecukupan Cadangan Kerugian terhadap Non Performing Loan sebesar 120,8% di tahun 2011 dan 120,6% pada
tahun sebelumnya. Di masa mendatang BNI akan terus menjaga Rasio Kecukupan Cadangan Kerugian terhadap Non Performing Loan di level yang memadai, sesuai dengan penerapan prinsip kehati-hatian. Rasio Laba terhadap Aset (ROA)
Di tahun 2011, Rasio Laba terhadap Aset meningkat dari 2,5% menjadi 2,9%, hal ini didorong oleh
peningkatan laba yang signifkan yaitu sebesar 42,0%. Peningkatan Rasio Laba Terhadap Aset menunjukkan
bahwa BNI mampu meningkatkan profitabilitas asetnya dalam menghasilkan laba.
Rasio Laba terhadap Ekuitas (ROE) Rasio Laba terhadap Ekuitas menurun dari 24,7% menjadi 20,1% di tahun 2011. Walaupun terdapat peningkatan laba bersih yang signifikan yaitu sebesar 42,0%, hal tersebut dibarengi dengan peningkatan rata-rata ekuitas sebagai dampak penerbitan saham terbatas di penghujung tahun 2010, sehingga ROE di
tahun 2011 menurun. Marjin Bunga Bersih Marjin Bunga Bersih atau Net Interest Margin (NIM) meningkat menjadi 6,0% di tahun 2011, dibandingkan 5,8% di tahun 2010. Hal ini tercapai karena kemampuan BNI mengelola aset produktifnya lebih
baik, diimbangi dengan kemampuan mengelola sisi liabilitas secara efisien dan efektif. Rasio BOPO Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BNI di tahun 2011 membaik menjadi 72,6% dari sebelumnya 76,0%, seiring dengan membaiknya kualitas aset BNI sehingga Beban Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai yang dibentuk
menjadi lebih rendah. Sedangkan untuk Beban Operasional lainnya mengalami kenaikan karena adanya penambahan jumlah pegawai, perluasan jaringan dan infrastruktur lainnya dalam rangka mendukung dan mengantisipasi pertumbuhan bisnis.
Di masa mendatang, BNI akan terus berupaya melakukan efisiensi secara menyeluruh.Rasio Pinjaman terhadap Simpanan
Di tahun 2011, Rasio Pinjaman terhadap Simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikit meningkat
menjadi 70,4%, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 70,2%, karena peningkatan pinjaman yang
diberikan diimbangi dengan penambahan dana pihak ketiga yang agresif. Giro Wajib Minimum (GWM)
Dalam pengelolaan likuiditas, BNI selalu berusaha menjaga tingkat kecukupan likuiditas yang optimum
untuk mendukung operasional harian dan memenuhi ketentuan Bank Indonesia berupa GWM Rupiah
sebesar 8,7% dan GWM Valuta Asing sebesar 8,0%. Posisi likuiditas ini sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 13/10/PBI/2011 tanggal 19 Februari 2011 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada
Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valas sebesar 8%. Posisi Devisa Neto (PDN)
Posisi Devisa Neto tahun 2011 dijaga pada level 2,8%, menurun jika dibandingkan dengan tahun
2010 sebesar 4,4%. Posisi Devisa Neto BNI tersebut berada jauh di bawah Peraturan Bank Indonesia
No. 12/10/PBI/2010 sebesar 20%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar