Selasa, 28 Desember 2010

Pengangguran yang Melekat Pada Kota Jakarta

Pengangguran atau unemployment adalah kelompok angkatan kerja yang ingin bekerja ,tetapi belum beruntung mendapat kesempatan untuk bekerja(belum mendapat pekerjaan).Orang-orang belum beruntung tersebut banyak ditemukan di Jakarta.
Ada pula yang disebut dengan setengah pengangguran yaitu mereka yang sudah bekerja tetapi tidak memenuhi kriteria sebagai pekerja,seperti:
1) Setengah pengangguran menurut jam kerja adalah mereka yang bekerja ,tetapi jam kerjanya kurang dari jam kerja standar,yaitu mereka yang kerja kurang dari 7 jam per hari atau 40 jam per minggu.
2) Setengah pengangguran menurut pendapatan adalah mereka yang bekerja ,tetapi upah yang mereka peroleh kurang dari Upah Minimum Regional(UMR) di wilayah ia bekerja.
3) Setengah pengangguran menurut produktivitasnya adalah mereka yang bekerja, tetapi kemampuan menghasilkannya(produktivitasnya) masih di bawah standar rata-rata pekerja lainnya.Misalnya para karyawan baru di sebuah pabrik baju(tekstil).Seorang karyawan lama bisa memproduksi 4 lusin baju yang bagus dan rapi tiap hari,sedangakan seorang karyawan baru karena belum terampil ,sehari hanya bisa memproduksi 1 lusin baju itu pun tidak terlalu bagus.Hal itu menunjukkan tingkat produktivitas karyawan baru tersebut masih di bawah standar sehingga dikelompokkan sebagai setengah pengangguran menurut produktivitasnya .
4) Setengah pengangguran menurut pendidikan dan jenis pekerjaan adalah mereka yang bekerja ,tetapi tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya dan keahliannya .Misalnya,seorang sarjana ekonomi menjadi tukang tahu atau seorang sarjana hukum jadi tukang ojek.

Seperti halnya pengangguran, pekerja setengah pengangguran juga banyak di Jakarta
namun mereka bukan parasit atau benalu pada kota Jakarta namun mereka adalah sebuah persoalan besar yang harus dijawab bersama yaitu oleh pemerintah,pengusaha,masyarakat,dan para penganggur itu sendiri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran di DKI Jakarta pada Agustus 2007 mencapai 12,57 persen, atau lebih tinggi dari level 10 tahun lalu 11,40 persen, yang disebabkan pertambahan pendatang yang mencari kerja di ibukota.Barangkali tingkat persaingan untuk mendapat pekerjaan di Jakarta lebih sulit daripada di daerah karena jumlah pendatangnya terlalu banyak. Jadi sangat sulit menurunkan tingkat pengangguran di DKI Jakarta karena setiap saat saat ada saja pendatang baru yang akan mencari pekerjaan.

Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS terhadap 278 ribu rumah tangga, dari jumlah angkatan kerja 4,40 juta orang pada Agustus 2007, penduduk bekerja mencapai 3,84 juta orang. Sedangkan 10 tahun lalu, hanya 3,81 juta orang bekerja dari jumlah angkatan kerja 4,30 juta orang.Dari jumlah itu, hanya 2,49 juta orang atau 64,82 persen yang bekerja pada sektor formal, sedangkan sisanya bekerja di sektor non formal, seperti pada sektor pertanian.



Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menekan jumlah pengangguran terbilang berhasil. Buktinya, jumlah pengangguran di Jakarta menurun dari 570.560 orang pada Februari 2009 menjadi 537.470 orang pada Februari 2010 atau sebanyak 33.090 orang. Penurunan juga terjadi pada tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 0,67 poin. Jumlah TPT menurun dari 11,99 persen pada 2009 menjadi 11,32 persen pada Februari 2010. Tidak hanya itu, jumlah angkatan kerja pada Februari 2010 tercatat mencapai 4,75 juta orang atau berkurang 0,01 juta orang dibandingkan pada Februari 2009 yang mencapai 5,76 juta orang.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Agus Suherman, mengatakan penurunan jumlah pengangguran itu menunjukkan kondisi perekonomian di Jakarta mulai membaik karena mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak.

Jika kondisi perekonomian di Jakarta terus membaik, diperkirakan jumlah pengangguran akan terus berkurang.Jika kondisi perekonomian membaik akan terbuka kegiatan pembangunan dan industri yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Karena, tempat usaha di Jakarta akan mampu mempekerjakan tenaga kerja dengan upah yang sesuai karena pertumbuhan usahanya membaik.Kendati jumlah pengangguran berkurang, namun total tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 1,04 persen. Yakni pada Februari 2009 sebesar 67,88 persen menjadi 66,84 persen pada Februari 2010.TPAK laki-laki sedikit mengalami penurunan dari 83,47 persen pada Februari 2009 menjadi 83,20 persen pada Februari 2010. Sedangkan TPAK perempuan turun dari 53,17 persen pada Februari 2009 menjadi 51,50 persen pada Februari 2010.Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Februari 2010 bertambah sebanyak 0,02 juta orang atau mencapai 4,21 juta orang, dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2009 yang hanya mencapai 4,19 juta orang.

Dari jumlah penduduk yang bekerja itu, sektor formal mampu menyerap pekerja sebesar 65,57 persen, sedangkan sektor informal 34,43 persen.Kemudian sepanjang periode Februari 2009 hingga Februari 2010, terdapat penambahan penduduk yang bekerja di sejumlah sektor yakni sektor primer bertambah menjadi 11.730 orang, tersier bertambah 29.590 orang. Sedangkan untuk sektor sekunder justru turun sebanyak 19.380 orang.Penurunan pengangguran tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI menekan jumlah pengangguran di ibu kota sepanjang tahun 2009, telah memberikan pengaruh pada penurunan jumlah pengangguran di tahun 2010. Bahkan tercatat, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 12,16 persen tahun 2008 menjadi 12,15 persen tahun 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar